Selasa, 16 Desember 2008




Siapa itu muslimal-Muslimu man salima al-muslimûna min lisânihi wa yadihi

“Muslim adalah orang-orang yang orang-orang muslim lainnya terbebas dari gangguan lisan dan tangannya”(Bukhari-Muslim)
Ka'bah

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 23 Maret 2008

Ahmadiyah Manislor

Potret Minoritas Ahmadiyah Manislor...

Kamis (13/12) menjelang tutup tahun, menjadi hari kelabu bagi upaya penegakan HAM, terutama terkait kebebasan untuk beribadah dan berkeyakinan.

Jerit tangis ratusan ibu-ibu berjilbab, disertai doa khusyuknya, tak kuasa membendung langkah Satpol PP Kuningan untuk menyegel Masjid-Masjid Ahmadiyah di Desa Manislor.


Kenekadan aparat negara, dalam hal ini Pemkab Kuningan untuk menyegel Masjid-Masjid tak bisa dipahami oleh akal ibu-ibu itu dan ratusan Jamaat Ahmadiyah disana. Mereka masih tetap merasa sebagai bagian dari anak ibu pertiwi. Dalam benak mereka, ada keyakinan bahwa negara akan melindungi hak-hak sipil mereka. Namun tak habis pikir, hak mereka untuk berkeyakinan dan beribadah justru diinjak-injak, bahkan dirampas oleh negara itu sendiri. Apalagi alasan yang dipakai Pemkab Kuningan hanya didasarkan pada sebuah SKB antara Muspida, Pimpinan DPRD, MUI dan Ormas Kabupaten Kuningan.

Keberadaan SKB pelarangan Ahmadiyah di Kuningan, menurut para ahli hukum, tidak mempunyai kekuatan hukum sama sekali. Tapi kenapa Pemkab Kuningan berani mengambil tindakan? Berpijak pada SKB itu, mereka lantas mengemukakan alasan keamanan. Atas nama keamanan inilah mereka membatasi kebebasan warganya untuk beribadah dan berkeyakinan.

Logika apa yang mereka pakai? Menurut mereka, situasi akan aman dan terkendali jika ada pembatasan terhadap aktivitas keagamaan Jamaat Ahmadiyah di sana. Pertanyaan yang kemudian mengemuka, ketidakamanan apa sesungguhnya yang terjadi ketika Jamaat Ahmadiyah Manislor menikmati hak-hak sipil mereka dalam beribadah dan berkeyakinan?

Kehadiran Ahmadiyah di Manislor telah ada sejak 1954. Selama rentang waktu lebih dari setengah abad itu, mereka hidup normal dan proses sosial berjalan baik. Adanya fakta ini, mestinya aparat bisa melihat bahwa eksistensi Ahmadiyah Manislor bukanlah faktor penyebab ketidakamanan. Mereka tidak pernah membuat huru-hara dan selalu taat pada pemerintah. Tapi kenapa Pemkab Kuningan gegabah dengan menerbitkan SKB dan dilanjutkan menyegel Masjid Jamaat Ahmadiyah? Pemkab Kuningan mestinya jujur menjawab ini.

Fakta menunjukkan, tiga minggu sebelum penyegelan terjadi, Jamaat Ahmadiyah Manislor mendapat surat bernada teror dan ancaman dari mereka yang mengaku sebagai komponen masyarakat Kuningan. Mereka mengancam akan melakukan tindak kekerasan jika para Ahmadi tidak menanggalkan pengakuannya sebagai Muslim. Bahkan mereka menghalalkan darah warga Ahmadiyah. Spanduk bernada provokasi pun dipasang di gerbang Desa Manislor.

Jamaat Ahmadiyah Manislor tidak melakukan upaya perlawanan. Mereka hanya bisa meminta perlindungan pada aparat kepolisian, karena serangkaian teror itu menyebabkan kehidupan sosial mereka terganggu. Tidak ada lagi rasa aman. Kegelisahan dan ketakutan pada ancaman itu terus membayangi mereka. Merespon ketakutan warganya ini, aparat pemerintah justeru melakukan tindakan di luar nalar sehat. Untuk kedua kalinya, dalam 5 tahun terakhir, aparat menyegel dan menutup Masjid-Masjid Ahmadiyah

Fakta ini adalah potret kelabu kebebasan beragama di Indonesia. Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 dengan jelas menyebutkan, "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayannya itu." Tapi ternyata, pemerintah sendiri justru melanggar isi UUD 1945 yang seharusnya menjadi pedoman negeri ini.

Dengan demikian, Jamaat Ahmadiyah Manislor telah diberlakukan tidak adil dan diskriminatif. Padahal Bab X Pasal 28 ayat 2 UUD 1945 menyebutkan, "Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif". Pedoman inipun tak dijalankan.

Sebagai bukti misalnya, Jamaat Ahmadiyah Manislor yang ingin menikah di desanya harus menyimpan mimpi itu dalam-dalam karena pegawai pencacat nikah di sana tidak mau menikahkan mereka, selama calon mempelai tidak meninggalkan kepercayaan dan keyakinannya sebagai Ahmadi. Selama lima tahun terakhir, tercatat 140 pasang mempelai terpaksa menikah di luar Manislor, demi mempertahankan akidah yang diyakininya. Belum lagi mereka yang berkeinginan berhaji ke Makkah, terpaksa harus berangkat dari luar Kuningan. Semua itu menunjukkan bahwa aparat telah menyalah-gunakan jabatan dan wewenangnya dengan melakukan diskriminasi bagi pelayanan publik terhadap Jamaat Ahmadiyah Manislor.

Mendapati diskriminatif itu, Jamaat Ahmadiyah Manislor hanya pasrah. Belum lagi kekerasan dan teror yang mereka alami pada 2002 dan 2005 belum hilang dalam ingatan mereka. Bahkan sebagian dari mereka mengalami trauma hebat. Tahun 2005 misalnya, saat warga Ahmadi menjalankan shalat Shubuh, tiba-tiba tempat shalat Jamaat wanita dilempar bola api. Kontan mereka panik. Bahkan banyak rumah Ahmadi yang rusak berat akibat dihancurkan kelompok penentang.

Tak hanya wanitanya, anak-anak pun menjadi korban. Penutupan dan penyegalan pada pertengahan Desember 2007 lalu, mengakibatkan anak-anak tidak bisa mengikuti kegiatan Madrasah yang biasa dilaksanakan di Masjid. Akhirnya, hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, dengan sendirinya telah direnggut pemerintah.

Pertanyaannya, ketika aparat tidak lagi mampu melindungi, bahkan justru turut merampas hak-hak asasi Jamaat Ahmadiyah Manislor, ke mana lagi dan kepada siapa mereka akan mendapatkan keadilan? Adakah tempat lain di bumi pertiwi tercinta ini, yang mampu memberi rasa aman dan menjamin kebebasan beragama, tanpa harus takut ancaman dari kelompok lain yang terus memaksa mereka melepas keyakinannya selama ini?


Next >
[ Back ]


Kegiatan MKAI MKAI Jatim Ikut Lomba ..
Batang Selenggarakan Jalsah ...
MKAI Makassar Donor ..
Muhammadiyah Banjar ..
Padjadjaran TV Terima ..
berita lainnya ..

Ahmadiyah Dalam Berita Nabi Isa Telah Wafat
Aparat Harus Segera Tangkap
Itu Tindakan Zhalim
Sesuatu Telah Terjadi Padanya ..
Solidaritas Untuk Ahmadiyah
Letter to Huzur
Holy Quran
Persecution

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 06 Februari 2008

Hidup bertetangga

Nabi Ya’qub berpesta daging onta bakar bersama anak kesayangannya, Yusuf. Mereka menikmati makanan itu sambil tertawa-tawa. Padahal, di sebelah rumah mereka, di balik tembok, ada seorang anak yatim yang tinggal bersama neneknya. Mencium bau daging onta bakar yang lezat dari ruamah sebelah, air liurnya menggelegak. Namanya juga anak-anak, gara-gara keinginannya tak kesampaian, anak yatim yang papa itu menangis. Neneknya yang renta juga menangis melihat cucunya mengiba gara-gara ingin makan daging onta.

Akan halnya Nabi Ya’qub dan Yusuf, mereka sungguh tidak tahu akan hal ini. Mereka terus menikmati daging onta bakar, dan tak menyisakannya untuk si anak yatim.

Konon, gara-gara kejadian ini, Allah menurunkan bala buat Nabi Ya’qub, yaitu berpisah dengan anak kesayangannya itu, Yusuf, hingga bertahun-tahun. Atas kehilangan itu, dia menangis terus menerus sehingga kedua bola matanya jadi putih lantaran sedih. Sedang Yusuf sendiri diuji Allah menjadi budak belian setelah dibuang ke sebuah sumur oleh saudara-saudaranya yang lain ibu. (Irsyadul ‘Ibad)

Imam Mujahid punya cerita teladan tentang hidup bertetangga secara baik. Suatu kali ia bersama Ibnu Umar yang sedang menunggui pembantunya menguliti seekor kambing. “Kalau kamu sudah selesai menguliti, dahulukan tetangga Yahudi kita (untuk diberi bagian),” pesan Ibnu Umar kepada pembantunya itu.

Selang beberapa saat, dia berpesan lagi, “Jangan lupa, dahulukan tetangga Yahudi kita.”

Eh, beberapa jurus kemudian dia berpesan hal yang sama. “Jangan lupa, lho, tetangga Yahudi kita, kasih bagian lebih dulu,” katanya.

Sang pembantu bosan juga rupanya mendapat pesan yang diulang-ulang. “Berapa kali Tuan sudah bicara yang sama kepada saya?” sergahnya.

“Sungguh Rasulullah SAW. tidak henti-hentinya mewasiatkan soal tetangga ini sehingga kami khawatir, beliau akan mewariskannya kepada kami,” Jawab Ibnu Umar. (riwayat At-Tirmidzi dan Abu Dawud)

Bukan cuma Rasulullah. “Malaikat Jibril,” sabda Nabi Muhammad SAW., “tak bosan-bosannya berwasiat padaku agar berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka dia akan mewariskannya.” (riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Barometer

Rasulullah menjelaskan, dalam hadis yang diriwayatkan Az-Zuhri, tetangga adalah orang-orang yang tinggal di lingkungan kita, hingga 40 KK (kepala keluarga). “Empat puluh di sini, empat puluh di sini, empat puluh di sini, empat puluh di sini,” jelas sang perawi, Az-Zuhri, sembari menunjuk masing-masing arah angin. Artinya, 40 rumah di sebelah utara rumah kita, 40 rumah di sebelah selatan, 40 rumah di sebelah timur, dan 40 di sebelah barat. Jumlahnya 160 KK.

Tetangga, para pembaca, adalah barometer. Ketika seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah, “Bagaimana saya tahu apakah saya telah berbuat baik atau jelek kepada orang lain?”, beliau menjawab, “Jika tetangga-tetanggamu mengatakan kamu tetangga yang baik, maka engkau memang orang baik. Jika mereka bilang kamu adalah tetangga yang jelek, maka kamu memang orang jelek.”

Tanpa Batas

Hidup bertetangga dalam Islam tidak mengenal batas agama. Lihatlah betapa Ibnu Umar, dalam cerita di atas, sampai berpesan berkali-kali agar mendahulukan tetangga Yahudinya. “Tetangga itu ada tiga macam,” sabda Rasulullah SAW. “Ada tetangga yang punya satu hak, ada tetangga yang punya dua hak, ada tetangga yang punya tiga hak. Tetangga yang punya tiga hak adalah tetangga muslim yang masih terhitung keluarga.

Dia memiliki hak ketetanggaan, hak keislaman dan hak kekeluargaan. Tetangga yang punya dua hak adalah tetangga muslim, dia menikmati hak ketetanggaan dan hak keislaman. Sedang tetangga yang punya satu hak adalah tetangga musyrik.”

Coba simak, bagaimana beliau menetapkan hak untuk seorang musyrik hanya karena statusnya sebagai tetangga. Adapun tetangga yang beragama Islam, ia menikmati hak bertetangga, di samping hak sebagai muslim (insya Allah akan dijelaskan dalam tulisan yang akan datang). Sedang tetangga muslim yang masih terhitung keluarga, di samping kedua hak tadi, baginya adalah hak kekeluargaan (juga insya Allah akan dipaparkan dalam tulisan nanti).

Seorang tetangga berhak untuk dihormati. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaknya dia menghormati tetangganya.” (riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Artinya, kita dilarang mengganggu dan menyakiti tetangga kita. Rasulullah SAW. pernah ditanya mengenai seorang perempuan yang kalau siang berpuasa dan kalau malam beribadah, tapi dia sering menyakiti tetangganya. Apa jawab beliau? “Dia masuk neraka,” sabda beliau. Sampai-sampai beliau dikabarkan bersabda, “Jika kamu melempar anjing tetanggamu, maka engkau telah mengganggunya.”

Tetangga, pembaca, tidak boleh disakiti karena sehari-hari kita berbaur dekat dengan mereka. Ketika Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq melihat anaknya, Abdur Rahman, memegang ubun-ubun tetangganya (entah karena marah atau apa), beliau berkata, “Anakku, janganlah kamu memegang ubun-ubun tetanggamu. Sebab, orang ini tetap (di dekatmu) sementara orang-orang lain pergi (dari lingkunganmu).”

Bersabar

Hidup bertetangga membutuhkan kesabaran. Kita harus bersabar atas gangguan yang mungkin mereka timbulkan. Sebab, tetangga itu juga macam-macam. Ada yang baik, ada pula yang jelek. Sahabat Nabi, Ibnu Mas’ud, pernah dilapori seorang lelaki mengenai tetangga yang jelek.

“Ibnu Mas’ud, saya punya tetangga jelek sekali. Dia suka menggangguku, dia mengumpatku, dia membuat sesak dadaku,” keluh lelaki itu.

“Pergilah,” jawab Ibnu Mas’ud. “Kalau dia durhaka (bermaksiat) kepada Allah dalam hubungan denganmu, maka taatlah kepada Allah dalam berhubungan dengannya.”

Seorang lelaki di zaman Rasulullah juga pernah mengadukan hal yang sama kepada beliau. Rasulullah memberinya nasihat agar bersabar.

Rupanya lelaki itu tipe orang yang ngeyel. Meski sudah disuruh bersabar, dia masih mengadukan soal tetangganya itu lagi, hingga tiga empat kali. Akhirnya beliau bersabda, “Begini saja, keluarkan perabotan rumahmu, taruh di tengah jalan.”

Orang-orang yang melintas jadi heran melihat perabotan di tengah jalan. “Ada apa kamu ini?” tanya mereka. Tapi lelaki itu tak mau menjawab. Justru penjelasan diberikan orang lain. “Orang ini diganggu tetangganya.” “Terkutuklah tetangga itu. Mudah-mudahan Allah melaknatnya,” kata mereka.

Dikutuk demikian banyak orang, akhirnya lunglai juga hati tetangga ini. “Sudah, bawa masuk perabotan rumahmu itu, aku tak akan mengganggumu lagi,” katanya kepada si lelaki.

Berbuat Baik

Tidak cukup hanya menanggung gangguan tetangga, seharusnya kita juga menjulurkan tangan-tangan rahmat (kasih) dan kebaikan kepada mereka. Di hari kiamat nanti, kabarnya, orang miskin akan menggelayuti tetangganya yang kaya, sambil berkata, “Tuhanku, tanyailah tetanggaku yang kaya ini, mengapa dia tidak berbuat baik padaku? Mengapa dia menutup pintunya untukku?” Seorang ulama mengeluhkan banyaknya tikus di rumahnya. “Kiai memelihara kucing saja, biar tikus-tikus itu pada lari,” seseorang memberi saran.

“Aku memang sempat terpikir ke sana. Tapi aku khawatir, jika mendengar suara kucing, tikus-tikus itu hijrah ke rumah para tetangga,” katanya.

Rasulullah pernah berpesan kepada Abu Dzar Al-Ghifari, “Jika kamu memasak sayuran, perbanyaklah kuahnya. Lihatlah tetangga-tetanggamu, berilah mereka bagian.”

[+/-] Selengkapnya...

Ahmmadiyya USA with Barack Obama

Ahmmadiyya USA with Barack Obama

Missionary in charge USA, Mr. Daud Hanif Sahib and Naib Amir Mr. Zinda M. Bajwa Sahib & Public Relations in charge, .Read Full Article for Picture.

Untuk direnungkan

LEMBARAN MALFUZAAT

Kutipan Sabda-sabda Hz.Mirza Ghulam Ahmad, Imam Mahdi & Masih mauud as.

NASIHAT BERKENAAN DENGAN TAKWA

Untuk kebaikan Jemaatku, hal yang sangat penting adalah agar di berikan nasihat berkenaan dengan takwa. Sebab menurut orang yang berakal hal ini adalah nyata bahwa Allah Ta’ala tidak akan ridho/ senang terhadap suatu apapun selain dari pada takwa. Allah Ta’ala berfirman:

Innalloha maallazynat-taqauw walazyna hum-muhsinuwn—[Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-oarang yang yang berbuat kebajikan] (An-Nahl:129)

Bagi Jemaat Ahmadiyah Secara Khusus Diperlukan Takwa

Bagi Jemaat kita secara Khusus diperlukan takwa. Khususnya dengan anggapan bahwa ia telah menjalin hubungan dengan seorang yang telah menyatakan diri sebagai rasul serta masuk didalam ikatan baiatnya, supaya mereka orang-orang yang sebelumnya tenggelam di dalam kedengkian, kebencian dan kemusyrikan atau yang benar-benar telah berkiblat kepada dunia, berhasil memperoleh keselamatan dari segala musibah itu.

Saudara-saudara mengetahui bahwa jika ada orang yang sakit – tidak peduli apakah sakit ringan atau berat – lalu penyakit itu tidak di obati serta tidak di lakukan usaha gigih untuk menyembuhkannya, maka orang yang sakit itu tidak akan sembuh.

Jika sebuah noda hitam timbul di wajah, maka timbul kerisauan, jangan-jangan noda iti semakin berkembang sehingga membuat seluruh wajah menjadi hitam. Demikianlah halnya bahwa dosa merupakan sebuah noda hitam di dalam hati. Kemalasan-kemalasan kecil (kecendrungan untuk bersenang-senang) dapat berkembang menjadi besar. Hal-hal kecil seperti itulah merupakan noda yang berkembang sehingga akhirnya ia menghitamkan sebuah wajah.

Allah Ta’ala Mahapengasih dan Maha penyayang. Demikian pula ia Mahaperkasa dalam menampakkan murka-Nya serta mengadakan pembalasan. Dia melihat sebuah Jemaat di dalam pengakuan dan omong-kosong mereka terdapat segala sesuatu, sedangkan amalan mereka tidak demikian, maka amarah dan murka-Nya akan meluap. Lalu untuk menghukum Jemaat seperti itu Dia mengajukan orang-orang kafir.

Orang-orang yang tahu sejarah mengetahui bahwa beberapa kali orang islam di kalahkan oleh orang-orang kafir. Misalnya, Jhengis khan dan Halako khan telah membinasakan oran-orang islam. Padahal Allah Ta’ala telah menjadikan dukungan dan pertolongan bagi orang-orang islam, namun tetap saja orang-orang islam kalah. Peristiwa-pristiwa seperti itu kadang –kadang terjadi. Penyebabnya adalah, tatkala Allah taala melihat bahwa memang mereka menyebutkan ‘Laa ilaha illallah’ namun hati merka berpaling ke tempat lain serta tidak tunduk mereka benar-benar mengarah kepada keduniawian, maka murka-Nya akan menampakkan diri. (Pidato pertama Hz. Masih Mauud as. pd Jalsah Salanah 25 Des.1897 / Malfuzaat jld.1, h.10-11)

-------oo0oo-------

Jubelium Khilafah Islam Ahmadiyah

“Love for All, Hatred for None” itulah tag line dari Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia yang tepat pada tanggal 27 Mei 2008 memperingati hari berdirinya Khilafat Ahmadiyah yang ke 100 tahun. 100 tahun yang lalu ( 27 Mei 1908 ) merupakan hari dimana diangkatnya Khalifah Jemaat Ahmadiyah pertama kali dan menandakan awal berdirinya Khilafat Ahmadiyah. Khalifah yang pertama terpilih adalah Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, kemudian dilanjutkan oleh Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad sebagai Khalifah kedua, lalu Khalifah selanjutnya Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifah yang keempat Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, dan sekarang sampai ke Khalifah yang kelima, yaitu Hadhrat Mirza Masroor Ahmad.

Ahmadiyah merupakan organisasi Islam satu-satunya di dunia yang telah menjalankan sistem Khilafat di dalamnya. Organisasi yang didirikan pada tahun 1889 oleh Hadrat Mirza Ghulam Ahmad yang merupakan Imam akhir zaman yang dijanjikan, Imam Mahdi yang turun pada akhir zaman. Tujuan Jemaat Ahmadiyah ini hanya satu yaitu mengangkat kembali nilai-nilai Islam asli yang telah banyak terinteferensi oleh kebudayaan-kebudyaan di dunia. Sebagai organisasi religi, Ahmadiyah sama sekali tidak bermain di dunia politik karena dunia politik merupakan hal keduniaan, namun bagi Ahmadi (sebutan bagi anggota Ahmadiyah) tidak ada larangan sebagai pribadi untuk menggeluti dunia politik selama tidak membawa bendera Jemaat Ahmadiyah. Hingga saat ini Jemaat Ahmadiyah ini telah berkembang di 190 negara di seluruh dunia. Bukti kongkrit yang telah dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah dalam penyebaran agama Islam di seluruh dunia yaitu dengan menterjemahkan kitab suci Al-Quran kedalam berbagai bahasa di dunia, bahkan sampai menterjemahkan ke berbagai bahasa daerah di Indonesia. Dan juga Ahmadiyah telah memiliki sebuah stasiun televisi internasional yang bernama Muslim Television Ahmadiyya (MTA) yang mengudara sejak awal 1990-an . Stasiun televisi ini berisikan khutbah-khutbah dan kegiatan Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia guna menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dan perlu diketahui juga stasiun televisi ini mengudara selama 24/7 tanpa ada iklan.

Kembali ke peringatan 100 tahun Khilafat Ahmadiyah, 27 Mei 2008 sekitar pukul 12:00 GMT atau skitar pukul 7 malam waktu bagian barat waktu Indnesia, Khalifah kelima Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.t.b.a, menyampaikan pesan yang dapat di-download disini (dalam bahasa Inggris). Inti dari pesan tersebut adalah kepada seluruh Ahmadi di dunia untuk tetap menjaga keimanannya sebesar apa pun cobaan yang menghadang dan menggoyang keimanan para Ahmadi, dan bagaimana pun juga Jemaat Ahmadiyah ini adalah jemaat dari Alaah Ta’ala sehingga apa pun yang terjadi, Allah Ta’ala akan terus selalu menjaganya. Pesan tersebut disampaikan secara langsung pada dari Gedung EXCEL Center, London, Inggris, melalui MTA ke seluruh dunia.

Cobaan yang sedang terjadi khususnya di negara Indonesia, merupakan sebuah ujian bagi keimanan Ahmadi. Karena perbedaan tafsir dan kurangnya pemahaman pada Al-Quran, maka oknum-oknum yang mengatas namakan Islam melakukan penyerangan secara brutal, padahal Islam sendiri tidak pernah mengajarkan hal-hal seperti itu, karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam yang artinya dimana Islam itu ada, lingkungan disekitarnya akan terasa kedamaian dan ketentraman bagi siapa pun tidak memandang suku, bangsa, agama, golongan, gender, bahkan benda apa pun itu akan merasakan sejuknya perdamaian.

Mungkin setelah baca tulisan ini, ada beberapa orang yang akan mengatakan sesat, namun perlu disadari bahwa sesatnya seseorang bukan manusialah yang menentukan karena pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas dan hal yang berkaitan dengan kesesatan seseorang / golongan hanyalah Allah Ta’ala yang mengetahuinya. Dan perlu dipahami pula arus mainstream tidaklah selalu benar, jika memahami kisah para nabi terdahulu hingga masa Nabi Besar Muhammad s.a.w., para Nabi dan Sahabat pada awalnya merupakan golongan minoritas dan Mereka selalu mendapat tekanan, hinaan, caci dan makian, dan sebagainya, namun Mereka tetap teguh atas keimanan Mereka hingga akhirnya mencapai kemenangan. Karna itulah kembalikanlah segala sesuatunya kepada Al-Quran dan Hadist, bukan kepada hasil kesepakatan sekumpulan manusia.

100 Tahun Khilafat Ahmadiyah ( 1908 ~ 2008 )

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Imam Mahdi, Al-Masih

Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, Khalifatul Masih IHadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih IIHadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III
Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IVHadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V

Liwa-e-Ahmadiyyat (Bendera Ahmadiyah)

 

template by : uniQue | modified by : your name